You Netter! Freelance or Entrepreneur?

(Tulisan ini menjawab ketersempitan ruangan komentar yang pernah saya tulis untuk teman saya ROOMEN, klik di sini untuk membaca!)

BURUH dari pekerjaan yang dibuat sendiri itulah FREELANCE, dalam bahasa di kampung saya artinya sama dengan Pekerja Lepas atau Pekerja yang tidak terikat dengan orang lain. Bentuknya banyak, seperti dokter spesialis yang membuka tempat praktek, tukang tampal ban, seniman, penulis, ilmuwan, dan masih banyak lagi.

Seorang freelance memiliki kebebasan dalam melakukan pekerjaan. Rata-rata pekerjaan yang mereka pilih berdasarkan hobby, skill (kemampuan), dan sangat-sangat professional, atau memiliki sensitifisme tinggi terhadap apa yang mereka kerjakan.

Bagaimana dengan entrepreneur?

Satu langkah lebih tinggi dari freelance, enterpreneur atau pembisnis bukan hanya tidak terikat dengan orang lain, tetapi juga dapat membuat orang lain jadi terikat. Diibaratkan seorang ibu rumah tangga yang mendekati suaminya sambil berkata: “Pak, minta duit dong?” Dan Entrepreneur adalah Bapak yang memberi uang itu, sementara ibu adalah Freelance, yaitu orang yang bekerja di rumah yang membantu pekerjaan Bapak.

Umumnya, seorang Freelance dan Entrepreneur mempunyai sistem, strategi, dan cara berpikir yang berbeda. Freelance tidak berpikir tentang passive income, sementara Entrepreneur, “YA!” Entrepreneur menganggap bahwa apa yang dia lakukan untuk mendapatkan aset, yang bila digabungkan dengan pendapatan akan mendapatkan hasil atau laba yang berlipat-lipat, sedangkan freelance hanya sebatas pada pendapatan. (Baca buku karangan Robert T Kiyosaki dan kenapa dia mengakui Bisnis Jaringan).

Berbeda dengan dunia langsung, asumsi saya, freelance dan entrepreneur di dunia maya (internet) hampir sedikit memiliki kesamaan bentuk. Perbedaan antara freelance dan entrepreneur di internet, hanya pada cara berpikir. Bila freelance menciptakan dan menjual produk, entrepreneur malah sebaliknya, dia menampung daripada produk-produk freelance.

Contoh produk-produk freelance di internet, antara lain; video, foto, artikel, komentar, blog template, berita lokal, dan lain-lain. Dimana produk-produk itu akan dijual di sebuah website atau situs, setelah itu seorang enterpreneur akan menampung, memilahnya, menjualnya, dan memberikan komisi kepada seorang freelance apabila produk mereka dijual, didownload, atau dibaca oleh seseorang.


BISNIS ONLINE
Berjuta-juta orang berbondong-bondong membuat usaha, membangun sebuah jaringan, dan membayangkan bahwa akan datang jutaan dollar atau tumpukan emas yang masuk dan melompat ke kamar tidurnya. Dan dollar itu akan memijat tubuhnya, membelai rambutnya, menjilati seluruh ujung jarinya, sambil berkata, “Uang tak lebih dari seorang pelacur, dimana mereka selalu menggejar-ngejar saya!”

Dalam perkembangannya kini, Bisnis Online ditandai dengan munculnya triliunan nama domain, email, web server yang muncul setiap harinya di dunia ini. (klik sumber: Internet World Stats , En.Wikipedia, Warna Dunia).

Kepemilikan domain, entah dalam bentuk com, net, org, atau domain-domain gratis adalah kenyataan bahwa manusia telah menganggap internet adalah hidup yang juga riil. Bayangkan, trilunan pemilik blog atau website itu rata-rata adalah freelance dan entrepreneur.

Peralihan fungsi sebuah blog,yang awalnya guratan hati menjadi ladang bisnis, juga menentukan perubahan dari apa yang disebut dengan Teori Ekonomi Bisnis. Tambah lagi, di zaman yang tanpa jedda sekarang ini, orang tidak perlu lagi bersusah payah untuk membuat website atau blog untuk mendapatkan uang di internet. Ada banyak contohnya.

Sayangnya, sebagian orang, banyak salah mengartikan bahwa apa yang dia lakukan di bisnis online atau internet sama seperti seorang Entrepreneur Sejati. Sekali lagi, asumsi saya yang sepakat dengan Kiyosaki, Bung Hatta dan Syariat Islam, bahwa Entrepreneur adalah orang yang mempekerjakan, sedangkan Freelance adalah orang yang bekerja atas usaha yang telah dia lakukan. Tujuan Entrepreneur adalah membangun aset. Sementara Freelance, bertujuan untuk mendapatkan pendapatan atau laba sesaat.

Apa yang penting dari perbedaan ini?

Tentu jawabannya adalah cara berpikir. Saya yakin, teman-teman pembaca adalah seorang entrepreneur yang bercita-cita membangun sebuah ‘Hotel’, dimana jutaan orang berkunjung di dalamnya, makan, dan menikmati tempat tidur dengan tenang dan tanpa rasa kesal. Dan mengharapkan jutaan orang saling membantu, memberi informasi, saran, mengenalkan sesuatu yang bermanfaat, unik, dan kreatif, dan menjadikan seorang entrepreneur baru yang mungkin akan bermanfaat untuk kehidupan bersama.

Tetapi seorang freelance tidak seperti itu. Dia hanya berpikir untuk menjual produknya, memasarkan produk orang lain, dan memikirkan bagaimana orang bisa membantu menjual atau menghasilkan produknya. Cara berpikir yang paling umum dalam hal ini adalah Banyak Teman Banyak Uang. Atau bahasa tradisional dulu di zaman kakek saya, “Banyak Anak Banyak Rejeki”.


FREELANCE INTERNET ADALAH PASIVE INCOME
Uniknya, mengenai freelance di dunia maya dan dunia langsung, ternyata tidak sama dengan apa yang kita bayangkan. Ternyata, Freelance di internet bentuknya adalah passive income. Kok? Ah, masak?

Contohnya, seperti Kang Roman yang menjual template tutorialnya, Bang Andi yang menjual Fotonya, Saya yang menjual tulisan-tulisan saya, atau Mbah yang menjual Linknya.

Artinya, satu kali template dipajang di dalam blog atau website, artinya ada jutaan kemungkinan orang akan mendownload. Atau satu kali foto terpajang, kemungkinan ada 1 dari jutaan orang yang akan mendonload. (Downloadlah uang akan datang dengan sendirinya). Dan si penulis, photographer atau videografer, akan bisa tertidur tenang. Dia bisa berjalan ke mana-mana. Ikut mudik. Ikut demotrasi. Nanton film Horor bersama sang pacar, dan uang akan terus mengalir.

Hanya 1 kali!

Iya! Satu kali posting atau satu kali pasang!

Saya jadi teringat cerita tentang Chairil Anwar dan Usmar Ismail ketika sedang berjalan ke Stasiun Senen. Saat itu mereka sedang berbincang….

“Loe, kenapa liat ke bawah terus, Ril?” Tanya Usmar.

“Cari duit!”

“Cari duit di jalan?”

“Iya, kenapa?”

“Loe sudah gila!”

“Siapa yang gila! Masak tidak ada orang yang menjatuhkan sepeser uang di jalan ini. Ada jutaan lebih orang yang tinggal di Jakarta. Tidak mungkin. Pasti ada!”

Usmar menggaruk-garuk kepala dengan perut yang lapar tanpa sepeser uang.


Cerita di atas adalah asumsi saya tentang seorang freelance di internet. Tidak ada yang ditakutkan. Tidak ada yang perlu disesalkan. Hanya saja, saya membayangkan, Kenapa seorang Chairil Anwar mencari uang di jalan? Padahal kemungkinan itu sangat-sangat jauh, sekalipun apa yang dipikirkan Chairil adalah Logis atau masuk diakal!